Musik bambu hitada
Kesenian satu ini merupakan salah satu kesenian musik
tradisional yang berasal dari Maluku
Utara. Namanya adalah Musik Bambu Hitada.
Apakah Musik Bambu Hitada itu?
Musik Bambu Hitada adalah salah satu kesenian musik tradisional
yang berasal dari Maluku Utara. Kesenian musik satu ini biasanya dimainkan secara
berkelompok dengan menggunakan berbagai alat musik tradisional yang khas. Musik
Bambu Hitada ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup terkenal
di Maluku Utara, terutama di kalangan masyarakat Halmahera. Dan sering
ditampilkan di berbagai acara seperti pesta adat, upacara adat dan lain-lain.
Asal Usul Musik Bambu
Hitada
Asal usul Musik Bambu Hitada berasal dari kebiasaan
masyarakat pada zaman dahulu yang lebih banyak hidup bersama alam. Alam yang
luas tidak hanya membantu mereka dalam bertahan hidup, namun juga menjadi
inspirasi dalam menciptakan sesuatu, salah satunya adalah Musik Bambu Hitada
ini. Dengan menggabungkan beberapa bahan yang mereka dapatkan dari alam, mereka
kemudian menciptakan suatu jenis musik yang khas.
Bagi masyarakat di Halmahera, Musik Bambu Hitada ini dulunya
tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja, namun juga untuk berkomunikasi dan
mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal tersebut merupakan kebiasaan masyarakat pada
zaman dahulu yang menggunakan lagu dan musik sebagai media untuk berkomunikasi
kepada Tuhan atau leluhur mereka.
Alat musik yang mereka gunakan pada saat itu masih
menggunakan alat musik yang sederhana atau yang mereka ciptakan dari hasil
alam. Namun seiring dengan masuknya alat musik modern, juga mempengaruhi
perkembangan Musik Bambu Hitada ini. Salah satunya dengan menambahkan berbagai
alat musik modern seperti gitar dan biola sebagai pelengkap, namun tidak
menggantikan musik aslinya.
Jenis Alat Musik Bambu
Hitada
Alat musik yang digunakan pada Musik Bambu Hitada ini
biasanya terdiri dari ruas bambu, cikir, biola,
dan juk. Ruas bambu ini merupakan salah satu peralatan utama yang digunakan
pada musik hitada ini. Ruas bambu yang digunakan memiliki panjang yang berbeda
dan setiap batang bambu dilubangi sesuai dengan panjang bambu. Hal tersebut
dilakukan agar menghasilkan nada yang berbeda beda.
Cikir merupakan
alat musik yang terbuat dari batok kelapa yang masih utuh. Lalu di dalamnya
diisi dengan beberapa butir kerikil bulat atau biji kacang hijau kering.
Seperti halnya musik giring-giring,
apabila digerakan maka akan menghasilkan bunyi. Kemudian untuk alat musik juk merupakan jenis alat musik gitar
yang dibuat sendiri dan dimainkan dengan cara yang sama. Sedangkan biola yang digunakan merupakan biola
gesek tradisional yang dimainkan dengan cara yang sama pula.
Cara Memainkan Musik
Bambu Hitada
Seperti halnya grup musik pada umumnya, Musik Bambu Hitada
dimainkan sesuai fungsi alatnya masing-masing dan dikombinasikan menjadi satu
irama yang pas dan enak didengar. Untuk alat musik bambu dimainkan dengan cara
dihentakkan ke bawah. Setiap bambu memiliki satu nada, sehingga dimainkan
secara bergantian antara bambu satu dan lainnya. Biasanya bila dimainkan di
atas lantai, untuk menghentakan bambu tersebut harus dialasi dengan karung
goni. Selain agar lantai tidak lecet, juga untuk menstabilkan suara.
Kemudian untuk alat musik cikir dimainkan dengan cara digoyang-goyangkan sesuai dengan
ketukan atau irama yang dimainkan. Sedangkan untuk juk dan biola dimainkan
dengan cara pada umumnya. Seperti gitar,
dimainkan dengan cara dipetik dan dimainkan sesuai dengan cord. Dan alat musik
biola tradisional dimainkan dengan cara
digesek.
Pertunjukan Musik
Bambu Hitada
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Musik Bambu Hitada
dimainkan secara berkelompok. Jumlah pemain musik hitada biasanya terdiri dari
7 sampai 13 orang, hal tersebut biasanya disesuaikan dengan keadaan kelompok.
Setiap pemain memegang satu alat musik dan kemudian memainkannya sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
Dalam pertunjukan Musik Bambu Hitada biasanya dibawakan oleh
para pemain musik pria. Adapun wanita dalam pertunjukan tersebut, biasanya
bertugas sebagai vokalis. Lagu yang dibawakan biasanya merupakan lagu-lagu
adat. Namun ada juga yang menampilkan lagu pop atau modern sebagai kreasi dan variasi
agar menarik.
Perkembangan Musik
Bambu Hitada
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan Musik Bambu
Hitada mulai tergerus dan harus bersaing dengan musik modern. Kurangnya
perhatian masyarakat dan pemerintah juga bisa menjadi faktor meredupnya popularitas
Musik Bambu Hitada ini. Beberapa kelompok musik masih mencoba dan berusaha
mempertahankan eksistensi serta mengembangkan Musik Bambu Hitada agar bisa
terus dinikmati masyarakat.
Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan di
setiap pertunjukannya, baik dalam segi alat musik, lagu, dan cara memainkannya.
Hal ini dilakukan agar terlihat menarik, namun tidak menghilangkan keaslian
atau ciri khas dari musik tersebut. Selain itu Musik Bambu Hitada juga masih
sering ditampilkan diberbagai acara seperti pesta adat, penyambutan, pernikahan
dan lain-lain. Selain itu Musik Bambu Hitada juga sering ditampilkan di
berbagai acara budaya seperti, pertunjukan seni, festival budaya dan promosi
pariwisata. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada generasi muda dan
masyarakat luas akan musik tradisional satu ini.
Nilai-Nilai Dalam Musik
Bambu Hitada
Selain kaya akan nilai seni, Musik Bambu Hitada juga
memiliki beberapa nilai-nilai penting didalamya, diantaranya seperti nilai
spiritual, nilai historis, dan nilai kreativitas. Nilai spiritual ini bisa
dilihat dari bagaimana masyarakat menggunakan Musik Bambu Hitada sebagai media
untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui musik dan lagu.
Nilai historis, bisa dilihat dari lamanya keberadaan Musik
Bambu Hitada ini dan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
masyarakat di sana. Sedangkan nilai kreativitas terlihat dari bagimana mereka
menciptakan suatu alat musik yang terbuat dari bahan yang sederhana dan
mengkreasikannya menjadi jenis musik yang khas dan bisa dinikmati. Dari
nilai-nilai ini lah sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikan Musik Bambu
Hitada ini sebagai salah satu warisan budaya agar tidak hilang seiring
perekembangan zaman.
Komentar
Posting Komentar